Dunia pendidikan dan software – software pendukung dalam proses pembelajaran di jaman sekarang sudah tidak bisa dipisahkan misalnya software yang sering digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah software pengolah kata, pengolah angka, software utiliti ,software desain grafis sampai software untuk pemograman semua itu telah banyak digunakan dan sangat dimanfaatkan namun dalam prakteknya ada hal kenyataan ironi yang bisa dibilang sangat menyedihkan, kenapa? Di saat pemerintah dan semua orang sedang gencar-gencarnya menyerukan anti pembajakan malah dalam intitusi pendidikan yang notabennya adalah lembaga yang mendidik dari moral sampai ilmu pasti malah menggunakan software bajakan ironi sekali, yang seharusnya lembaga yang menjadi dasar pendidikan untuk menyerukan anti pembajakan malah ikut mensuksekan penggunaan software bajakan, menggelikan bukan? Ini adalah bisa saya sebut sebuah sisi lain dari dunia pendidikan dari saya duduk dibangku sekolah menengah pertama sampai sekarang menyandang gelar mahasiswa hal itu masih ada dan malah lebih ironis lagi dari akademisi sampai mahasiswa pun ada beberapa yang masih setia pada software bajakan dan bisa saja saya juga termasuk kedalamnya dengan alasan yang sangat kelasik pula dari harga software asli mahal, susah mendapatkanya, kebiasaan yang mungkin sudah terbiasa dengan hal bajakan dan ada lagi yaitu rasa cuek atau tak perduli sama sekali, mau software bajakan atau software asli sama saja karena hampir tidak berbeda. Dan saya sangat pertanyakan kenapa software-software dari varian open source belum optimal bahkan belum dimanfaatkan dalan dunia pendidikan serta proses pembelajaran? Karena yang ada hanyalah software- software yang komersial dan umum.
Saya mungkin orang yang termasuk kurang interes dengan software-software open source meskipun saya sering menggunakanya tapi itu pun dalam hal dan kegiatan tertentu, dan itupun masih lingkup kecil karena dengan alasan banyak hal yang misalnya saya ingin melakukan persentasi atau pengolahan kata namun saya masih menemukan kesulitan dan bisa dibilang serasa dibatasi dengan open source, mungkin karena belum terbiasa dengan software tersebut tapi menurut saya software-software tersebut masih kurang user friendly , beberapa fungsi yang sangat dibutuhkan kurang optimal dan masih belum sesuai dengan kebutuhan yang ada sekarang mungkin untuk versi sekarang sudah lebih bagus lagi tapi itu adalah pengalaman saya dalam menggunakan software pengolah kata dan persentasi open source. Tapi saya acungakan jempol saya untuk OS dari banyak varian di Open Source ini karena menurut pengalaman saya penggunaan sudah cukup user friendly dan interface bagus, serta eye catching, good for u dan sampai sekarang saya masih mengunakan beberapa varian OS sebagai pelengkap untuk kegiatan sehari-hari.
Saya pernah beberapa kali mengadiri workshop dan seminar tentang Open Source ini baik dari IGOS, komunitas, ataupun lembaga namun menurut saya yang kurang memasyarakat kenapa sasaran dari workshop dan seminar itu hanya terbatas misalnya hanya guru dan mahasiswa kenapa tidak di gencarkan juga dengan sasaranya anak usia dini atau sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas dan sederajat, kenapa? Ada peribahasa dalam usia-usia masih produktif itu bagaikan menulis di atas batu namun pada usia-usia tertentu bagaikan menulis diatas air. Karena yang saya lihat program-program dari beberapa kegiatan tersebut hanya gencar pada kaum terbatas. Dan sebenarnya juga kegiatan-kegiatanya nya masih kurang, misalnya kenapa tidak dilakukan worksho di sekolah-sekolah atau lingkunagn akademisi tentang pemanfaat dan penggunaan open source ini dalam proses pembelajaran, open source sebagai media pembelajaran dan masih banyak lainya yang sangat diharapkan.
Bisa dilihat kesulitan yang terjadi itu adalah pembiasaan karena itu sendiri yang saya alami dalam menggunakan OS open source maupun software open source lainya adalah kesulitan, yang selalu saya pertanyakan kenapa Open Source tidak dimasukan secara nasional oleh lembaga pendidikan terkait kedalam kurikulum pendidikan? Tidak semua sekolah tahu tentang open source, kenapa? Dan yang saya tahu sampai sekarang didalam kurikulum pembelajaranya masih ada beberapa pengeklusifan software semisal dalam kurikulumnya atau silabus disebutkan bahwa siswa dapat membuat surat atau persentasi dengan software insial “M” dan masih banyak lainya lagi bukankah itu masih pengeklusifan ataukah ketidaktahuan dari para pengabik kebijakan semestinya kurikulum khusunya untuk hal ini dilakukan pengkaijian ulang serta lebih bagus lagi dalm kurikulum disertakan mempelajari baik open source maupun non open source. Kapankah pemanfaatan open source ini dalam pembelajaran secara optimal!
Postingan hanya harapan dari penulis yang khusus akan terjun dalam dunia pendidikan dan menginginkan pendidikan yang mendidik benar tanpa menggunakan media pembelajaran yang mendidik tapi tidak mendidik dan open source inilah tumpuan dari untuk mensuksekan proses pembelajaran yang akan mendidik benar tanpa harus menggunakan media pendidikan yang tidak benar tanpa ingin menyinggung pihak manapun. Tulisan ini dibuat untuk menyukseskan Lomba Blog Open Source P2I-LIPI dan Seminar Open Source P2I-LIPI 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar