Rabu, 21 September 2011

Unit 8 Masih Baru, Termasuk Bagian Proyek 10 Ribu Megawatt Tahap I

Posted at 18.13 by thegudangupil
Jakarta - Unit 8 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten, masih tergolong baru. Belum lama dibangun, pembangkit listrik yang termasuk dalam proyek listrik 10 ribu megawatt (MW) tahap I itu dilanda kebakaran.

"Ini masih relatif baru. Jadi ini kan pembangkit yang merupakan bagian dari proyek listrik 10 ribu megawatt tahap I," jelas Manajer Komunikasi Korporat PLN, Bambang Dwiyanto, kepada detikcom, Rabu (21/9/2011).

Dikatakan Bambang, pembangunan pembangkit berkapasitas 625 megawatt tersebut selesai pada tahun lalu. Pendirian unit 8 menambah jumlah pembangkit listrik yang berada di PLTU Suralaya dari sebelumnya 7 unit. PLTU Suralaya memasok listrik ke Jawa dan Bali.

"Unit 1 sampai 7 yang sudah lama dibangun. Posisinya saling berdekatan, tapi tidak terkena dampak kebakaran. Unit 1-7 kalau ditotal terbesar memasok Pulau Jawa dan Bali," cetus Bambang.

Ia menjelaskan, kebakaran di unit 8 PLTU Suralaya dipicu oleh ledakan yang terjadi pada belt conveyor, alat pengangkut batu bara dari penampungan menuju tangki bahan bakar. Ledakan terjadi sekitar pukul 21.40 WIB, lalu menimbulkan kebakaran hebat. Namun, mengapa belt conveyor itu bisa meledak, PLN masih menyelidikinya.

"Kalau penyebabnya sedang diselidiki, namun memang ledakan tadi itu memicu terjadinya kebakaran di sana," ujarnya.

Menurut Bambang, pasokan listrik Jawa dan Bali dipastikan tidak terganggu akibat terbakarnya unit 8 PLTU Suralaya. Sebab, unit pembangkit lainnya masih bisa memproduksi listrik. Selain itu pembangkit listrik cadangan sudah disiapkan untuk menjaga listrik tetap mengalir.

"Ini memasok listrik ke sistem kelistrikan jawa bali yang sudah terinterkoneksi. Jadi Jawa-Bali ini kan secara kelistrikan sudah saling terhubung. Pembangkit yang lain sudah siap beroperasi," kata Bambang.

Seperti diketahui, proyek listrik 10 ribu MW tahap I bertujuan untuk memenuhi permintaan listrik nasional serta mendukung pertumbuhan ekonomi. Proyek ini berawal dari diterbitkannya Perpres Nomor 71 Tahun 2006 yang berisi penugasan kepada PLN untuk membangun sejumlah pembangkit listrik berbahan bakar batubara.

Berdasarkan perpres tersbut, yang lalu diperbarui dengan Perpres 52/2009, PLN diminta untuk membangun PLTU di 42 lokasi. 10 PLTU di antaranya berada Jawa-Bali dengan kapasitas 6,900 MW, sementara 32 PLTU lainnya berada di luar Jawa dengan 2,252 MW. Menurut PLN, proyek ini ditargetkan dapat beroperasi pada tahun 2010 dan 2012.

Namun, proyek ini molor karena terhambat berbagai masalah. Akibatnya target yang tidak tercapai itu, pemerintah terpaksa menambah anggaran di 2011 ini sebesar Rp 5,02 triliun karena PLN masih harus menggunakan BBM untuk pembangkit listrik. Hal itu berdasarkan keterangan dari Dirjen Listrik Kementerian ESDM Jarman.

Proyek listrik 10 ribu MW tahap I ini juga diwarnai kontroversi, terutama terkait dengan pembelian 15 pesawat tipe MA-60 buatan China seharga US$ 232 juta. Pembelian pesawat tersebut dilakukan untuk melancarkan proyek pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW yang material dan mendapat pendanaan murah dari China.

Belum selesai proyek listrik 10 ribu MW tahap I, pemerintah sudah berancang-ancang untuk melakukan proyek 10 ribu MW tahap II. Namun, berbeda dengan proyek 10 ribu MW tahap I, proyek 10 ribu tahap II ini difokuskan pada pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal).

Related Post



Tidak ada komentar:

Posting Komentar